
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan
Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Blora, Slamet Pamuji menjelaskan
tujuan digelarnya lomba tayub ini diantaranya untuk memberikan wadah dan
ruang tampil bagi pegiat seni tayub, meningkatkan kecintaan kepada
budaya dan nilai-nilai luhur tradisional dengan mengenalkan seni tayub
pada masyarakat umum.
“Selain itu juga mencari format baru bagi pertunjukan tayub dengan
tidak meninggalkan ciri dan karakter tayub sebagai seni kemasan yang
tetap pada nilai tradisi, serta sebagai hiburan untuk masyarakat
menyambut Hari Jadi Blora ke 264,dan menyemarakkan Visit Jateng 2013″
kata Slamet Pamuji.
“Jaman boleh maju, tapi kecintaan kita terhadap seni tradisional
jangan pernah hilang karena itu identitas kita, itu jati diri kita dan
itu yang mempengaruhi kehidupan kita. Maka dari itu kita harus bangga
dengan seni budaya sendiri seperti tayub ini,” kata Bupati Djoko Nugroho
saat membuka acara ini.
Dalam lomba tayub tersebut juga dihadiri perwakilan tim kesenian dari
Bandung, Jawa Barat yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata
Kota Bandung. Pelaksanaan lomba tayub diikuti perwakilan masing-masing kecamatan
yang ada di Kabupaten Blora, hanya saja tidak semua kecamatan bisa
mengirimkan wakilnya seperti Kecamatan Cepu terpaksa tak dapat mengikuti
dikarenakan minimnya seniman tayub di wilayah tersebut.
Setiap wakil kecamatan menampilkan dua gending tayub di atas panggung
dengan berbagai tema yang diusung, seperti tema mantenan, khitanan,
syukuran, sampai bertemakan tokoh kerajaan seperti yang ditampilkan
wakil Kecamatan Jepon dengan Pangeran Arya Penangsang dan Patih Mentaun
nya. Dalam rangkaian acara Festival Tayub Nusantara ini pihak DPPKKI
sebagai panitia penyelenggara mewajibkan kepada para tamu undangan untuk
mengenakan pakaian adat Sedulur Sikep sebagai ciri khas Kabupaten Blora.
“Malam ini saya sudah memakai ikat kepala khas Samin, demikian Pak
Bupati dengan pakaian Samin (Sedulur Sikep). Saya harap besok pada hari kedua Festival
Tayub Nusantara semua tamu undangan bisa mengenakan pakaian adat Samin
untuk memperkenalkan pakaian ciri khas Blora,” kata Slamet Pamuji.
Dari pelaksanaan lomba tayub tersebut setelah melalui tahap penilaian, diperoleh hasil sebagai berikut :
Juara 1 diraih Tim Kesenian Tayub dari Kecamatan Jepon dengan nilai 4505,
Juara 2 diraih Tim Kesenian Tayub dari Kecamatan Kota Blora dengan nilai 4450,
Juara 3 diraih Tim Kesenian Tayub dari Kecamatan Banjarejo dengan nilai 4408,
Harapan 1 diraih Tim Kesenian Tayub dari Kecamatan Kedungtuban dengan nilai 4250,
Harapan 2 diraih Tim Kesenian Tayub dari Kecamatan Randublatung dengan nilai 4205,
Harapan 3 diraih Tim Kesenian Tayub dari Kecamatan Kunduran dengan nilai 4100.
Tim Kesenian Tayub dari Kecamatan Jepon berhasil mencuri perhatian
dewan juri sehingga berhasil menggondol gelar juara pertama. Tim
Kecamatan Jepon menampilkan tema Tayuban Pangeran Arya Penangsang dan
Patih Mentaun. Dimana Patih Mentaun diperankan oleh kakek tua yang ahli
berjodeg saat tampil di atas panggung. Sedangkan para penari tayub
wanita dan prajurit pengiring tampak kompak menari baik dari sisi
gerakan dan keluwesan tubuh.
Sedangkan untuk pelaksanaan Festival Tayub Nusantara hari kedua,
Sabtu (2/11) dimeriahkan dengan festival pertunjukan
seni tari tayub dari berbagai kota di Jawa Tengah serta perwakilan duta
seni dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Selain Tayub Blora sebagai tuan rumah,
perwakilan kesenian Jaipong dari Bandung, Tari Lengger Banyumasan, Tari Gandrung Banyuwangi serta
Tayub Malang Jawa Timur.
Festival Tayub Nusantara ini diharapkan bisa melestarikan tayub yang
ada di Blora, sekaligus
memperkenalkan kepada kabupaten lain tentang
keadaan Blora, dan festival ini akan diusahakan menjadi agenda tahunan
sehingga bisa memacu minat wisatawan asing maupun domestik datang ke
Blora.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar