Mengangkat salah satu acara di MetroTV, yaitu talkshow
Mata Najwa on Stage yang ditayangkan pada hari Rabu (30/04) pkl. 20.05. - Sejarah Indonesia tak bisa lepas dari kota Jogjakarta, tempat yang kerap menjadi
kawah untuk menempa kepemimpinan. Dan dari sebuah kampus tertua,
Universitas Gadjah Mada, Mata Najwa hadir bersama sejumlah tokoh
inspiratif diantaranya Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Mantan
Ketua MK, Mahfud MD, salah satu orang terkaya di Indonesia, Chairul
Tanjung, penggagas Gerakan Indonesia Mengajar Anies Baswedan, serta Wali
Kota Bandung Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Talkshow ini
merupakan serangkaian acara Metro TV on Campus (MOC) yang
diselenggarakan tiga hari berturut- turut. Dimulai dengan Stand UP
Comedy pada hari Rabu, 23 April 2014. Open Mic with Kopiko 78 C bersama
comic Anang Batas, Wisben, Sigit. Pelatihan jurnalistik pada hari Kamis,
24 April 2014 bersama Indra Maulana, Aviani Malik, Rory Asyari, Yohana
Margaretha dan Eagle Doc Clinic by Abduh Aziz. Hari terakhir Jumat 25 April 2014 ditutup dengan talkshow Mata Najwa on Stage. Semua acara digelar di
Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri Universitas Gajah Mada
dan di gedung Graha Sabha Pramana. Yang lebih menarik lagi acara ini diselenggarakan gratis untuk umum.
“Selamat malam - Selamat datang di ‘Mata Najwa’ / Saya Najwa Shihab / Tuan rumah ‘Mata Najwa”. Kalimat
khas dari Najwa Shihab lalu disambut dengan tepuk tangan meriah para
peserta Talkshow sebagai pembuka Mata Najwa on Stage. Awal acara
ditampilkan CV dari masing- masing narasumber, selanjutnya dialog dengan
narasumber berlangsung. Dialog yang intinya pemimpin seperti apakah
yang diperlukan Bangsa Indonesia ini serta penyelesaian dari berbagai
masalah di Negeri ini.
Seperti biasa Mbak “Nana” (panggilan sayang Najwa Shihab) menutup acara dengan catatan najwa nya. Kurang lebih seperti ini :
Jika memang benar Jogja itu istimewa, maka akan banyak calon sarjana yang diwisuda.
Banyak yang sukses dan kaya raya, juga yang merasa siap memimpin bangsa.
Pendidikan memang membuka banyak kesempatan, tapi pendidikan tak otomatis melahirkan. kepemimpinan.
Pemimpin tak lahir karena ijazah, tetapi oleh kerja keras dan kepedulian yang terus diasah.
Apa arti ijazah yang tertumpuk, jika kepedulian dan kepekaan tidak ikut dipupuk.
Apa gunanya sekolah tinggi- tinggi, jika hanya percaya diri sendiri dan sanak family.
Bagaimana akan bersikap anti korupsi, jika sedang mudah hanya sibuk dengan urusan sendiri.
Tidak ada yang tiba- tiba bagi calon pemimpin bangsa, kecakapan bukan salinan genetika.
Inspirasi datang dari hidup yang tahan benci, pemimpin muncul dari tempaan yang tiada henti.
“Jangan mencari perbedaan dalam persamaan, carilah persamaan dalam perbedaan, indonesia itu bhinneka.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar