Rabu, 29 Juli 2015
Selasa, 28 Juli 2015
FANTASTIS, 2 MILIAR UNTUK SEDEKAH LAUT
Rangkaian kegiatan sedekah
laut di desa Tasikagung, Rembang diprediksi menghabiskan dana antara Rp 1,5 - 2 miliar. Uang sebesar itu digunakan untuk menggelar berbagai macam kegiatan,
seperti pentas dangdut, pengajian, arak arakan larung sesaji hari Sabtu (25
Juli 2015) hingga nanti baru selesai tanggal 30 Juli mendatang.
Sekretaris Desa Tasikagung, Sunarto menjelaskan iuran dana terbanyak berasal dari juru mudhi maupun ABK kapal nelayan, bos bos pemilik kapal dan sokongan masyarakat dusun Pabean, Kramatan dan Rembangan. Menurutnya tidak terlalu sulit menggalang dana, karena sedekah laut dianggap sebagai agenda rutin tahunan yang harus disukseskan bersama sama.
Sunarto menimpali setelah pawai keliling kota, rombongan pembawa sesajian kembali lagi menuju Pelabuhan Tasikagung. Mereka selanjutnya melarung sesajian ke tengah laut, sebagai wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa dimana telah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Selain berharap hasil kedepan lebih banyak, warga juga berdoa selama melaut tidak ada kejadian yang tidak diinginkan.
Sementara itu, pawai sedekah laut memperoleh sambutan luar biasa dari masyarakat. Kemacetan ruas jalan tidak hanya terjadi di jalur Pantura, tetapi juga di sepanjang jalan lingkar antara Pertigaan Soklin Tireman sampai Pasar Penthungan. Kami sempat mencoba menggunakan mobil pribadi dari pasar Penthungan hingga Perempatan Embongan Mondoteko, menelan waktu 1,5 jam, menunjukkan betapa lamanya antrean kendaraan. Padahal saat normal, hanya butuh waktu sekira 10 menit.
Rondiyono, warga desa Warugunung Kec. Bulu, salah satu pengunjung tradisi Syawalan mengaku sempat kesulitan ketika akan menuju obyek wisata Dampo Awang Beach Taman Kartini Rembang. Begitu masuk Perempatan Galonan dan Embongan Mondoteko, oleh aparat kepolisian dilarang langsung melaju ke utara.
Sekretaris Desa Tasikagung, Sunarto menjelaskan iuran dana terbanyak berasal dari juru mudhi maupun ABK kapal nelayan, bos bos pemilik kapal dan sokongan masyarakat dusun Pabean, Kramatan dan Rembangan. Menurutnya tidak terlalu sulit menggalang dana, karena sedekah laut dianggap sebagai agenda rutin tahunan yang harus disukseskan bersama sama.
Sunarto menimpali setelah pawai keliling kota, rombongan pembawa sesajian kembali lagi menuju Pelabuhan Tasikagung. Mereka selanjutnya melarung sesajian ke tengah laut, sebagai wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa dimana telah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Selain berharap hasil kedepan lebih banyak, warga juga berdoa selama melaut tidak ada kejadian yang tidak diinginkan.
Sementara itu, pawai sedekah laut memperoleh sambutan luar biasa dari masyarakat. Kemacetan ruas jalan tidak hanya terjadi di jalur Pantura, tetapi juga di sepanjang jalan lingkar antara Pertigaan Soklin Tireman sampai Pasar Penthungan. Kami sempat mencoba menggunakan mobil pribadi dari pasar Penthungan hingga Perempatan Embongan Mondoteko, menelan waktu 1,5 jam, menunjukkan betapa lamanya antrean kendaraan. Padahal saat normal, hanya butuh waktu sekira 10 menit.
Rondiyono, warga desa Warugunung Kec. Bulu, salah satu pengunjung tradisi Syawalan mengaku sempat kesulitan ketika akan menuju obyek wisata Dampo Awang Beach Taman Kartini Rembang. Begitu masuk Perempatan Galonan dan Embongan Mondoteko, oleh aparat kepolisian dilarang langsung melaju ke utara.
Ia terpaksa bolak balik mencari akses lain. Akhirnya bisa lewat desa Pulo – Klentheng Sumberejo, meski berjibaku melawan kemacetan. Menurutnya tidak masalah, demi ikut meramaikan tradisi ini.
Rembang
– Rangkaian kegiatan sedekah laut di desa Tasikagung, Rembang
diprediksi menghabiskan dana antara Rp 1 – 1,5 miliar. Uang sebesar itu
digunakan untuk menggelar berbagai macam kegiatan, seperti pentas
dangdut, pengajian, arak arakan larung sesaji hari Sabtu (25 Juli 2015)
hingga nanti baru selesai tanggal 30 Juli mendatang.
Sekretaris Desa Tasikagung, Sunarto menjelaskan iuran dana terbanyak
berasal dari juru mudhi maupun ABK kapal nelayan, bos bos pemilik kapal
dan sokongan masyarakat dusun Pabean, Kramatan dan Rembangan. Menurutnya
tidak terlalu sulit menggalang dana, karena sedekah laut dianggap
sebagai agenda rutin tahunan yang harus disukseskan bersama sama.
Sunarto menimpali setelah pawai keliling kota, rombongan pembawa sesajian kembali lagi menuju Pelabuhan Tasikagung. Mereka selanjutnya membawa sesajian ke tengah laut, menjadi wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, telah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Selain berharap hasil kedepan lebih banyak, warga juga berdo’a selama melaut tidak ada kejadian buruk, yang akan merenggut nyawa.
Sementara itu, pawai sedekah laut memperoleh sambutan luar biasa masyarakat. Kemacetan ruas jalan tidak hanya terjadi di jalur Pantura, tetapi juga di sepanjang jalan lingkar antara Pertigaan Soklin Tireman sampai Pasar Penthungan. Kami sempat mencoba menggunakan mobil pribadi dari pasar Penthungan hingga Perempatan Embongan Mondoteko, menelan waktu 1,5 jam, menunjukkan betapa lamanya antrean kendaraan. Padahal saat normal, hanya butuh waktu sekira 10 menit.
Rondiyono, warga desa Warugunung Kec. Bulu, salah satu pengunjung tradisi Syawalan mengaku sempat kesulitan ketika akan menuju obyek wisata Dampo Awang Beach Taman Kartini Rembang. Begitu masuk Perempatan Galonan dan Embongan Mondoteko, oleh aparat kepolisian dilarang langsung melaju ke utara.
Ia terpaksa bolak balik mencari akses lain. Akhirnya bisa lewat desa Pulo – Klentheng Sumberejo, meski berjibaku melawan kemacetan. Menurutnya tidak masalah, demi ikut meramaikan tradisi Syawalan
- See more at: http://radior2b.com/2015/07/25/total-dana-sedekah-laut-tasikagung-ini-bocorannya/#sthash.9BO2vdX1.dpuf
Sunarto menimpali setelah pawai keliling kota, rombongan pembawa sesajian kembali lagi menuju Pelabuhan Tasikagung. Mereka selanjutnya membawa sesajian ke tengah laut, menjadi wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, telah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Selain berharap hasil kedepan lebih banyak, warga juga berdo’a selama melaut tidak ada kejadian buruk, yang akan merenggut nyawa.
Sementara itu, pawai sedekah laut memperoleh sambutan luar biasa masyarakat. Kemacetan ruas jalan tidak hanya terjadi di jalur Pantura, tetapi juga di sepanjang jalan lingkar antara Pertigaan Soklin Tireman sampai Pasar Penthungan. Kami sempat mencoba menggunakan mobil pribadi dari pasar Penthungan hingga Perempatan Embongan Mondoteko, menelan waktu 1,5 jam, menunjukkan betapa lamanya antrean kendaraan. Padahal saat normal, hanya butuh waktu sekira 10 menit.
Rondiyono, warga desa Warugunung Kec. Bulu, salah satu pengunjung tradisi Syawalan mengaku sempat kesulitan ketika akan menuju obyek wisata Dampo Awang Beach Taman Kartini Rembang. Begitu masuk Perempatan Galonan dan Embongan Mondoteko, oleh aparat kepolisian dilarang langsung melaju ke utara.
Ia terpaksa bolak balik mencari akses lain. Akhirnya bisa lewat desa Pulo – Klentheng Sumberejo, meski berjibaku melawan kemacetan. Menurutnya tidak masalah, demi ikut meramaikan tradisi Syawalan
- See more at: http://radior2b.com/2015/07/25/total-dana-sedekah-laut-tasikagung-ini-bocorannya/#sthash.9BO2vdX1.dpuf
Rembang
– Rangkaian kegiatan sedekah laut di desa Tasikagung, Rembang
diprediksi menghabiskan dana antara Rp 1 – 1,5 miliar. Uang sebesar itu
digunakan untuk menggelar berbagai macam kegiatan, seperti pentas
dangdut, pengajian, arak arakan larung sesaji hari Sabtu (25 Juli 2015)
hingga nanti baru selesai tanggal 30 Juli mendatang.
Sekretaris Desa Tasikagung, Sunarto menjelaskan iuran dana terbanyak
berasal dari juru mudhi maupun ABK kapal nelayan, bos bos pemilik kapal
dan sokongan masyarakat dusun Pabean, Kramatan dan Rembangan. Menurutnya
tidak terlalu sulit menggalang dana, karena sedekah laut dianggap
sebagai agenda rutin tahunan yang harus disukseskan bersama sama.
Sunarto menimpali setelah pawai keliling kota, rombongan pembawa sesajian kembali lagi menuju Pelabuhan Tasikagung. Mereka selanjutnya membawa sesajian ke tengah laut, menjadi wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, telah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Selain berharap hasil kedepan lebih banyak, warga juga berdo’a selama melaut tidak ada kejadian buruk, yang akan merenggut nyawa.
Sementara itu, pawai sedekah laut memperoleh sambutan luar biasa masyarakat. Kemacetan ruas jalan tidak hanya terjadi di jalur Pantura, tetapi juga di sepanjang jalan lingkar antara Pertigaan Soklin Tireman sampai Pasar Penthungan. Kami sempat mencoba menggunakan mobil pribadi dari pasar Penthungan hingga Perempatan Embongan Mondoteko, menelan waktu 1,5 jam, menunjukkan betapa lamanya antrean kendaraan. Padahal saat normal, hanya butuh waktu sekira 10 menit.
Rondiyono, warga desa Warugunung Kec. Bulu, salah satu pengunjung tradisi Syawalan mengaku sempat kesulitan ketika akan menuju obyek wisata Dampo Awang Beach Taman Kartini Rembang. Begitu masuk Perempatan Galonan dan Embongan Mondoteko, oleh aparat kepolisian dilarang langsung melaju ke utara.
Ia terpaksa bolak balik mencari akses lain. Akhirnya bisa lewat desa Pulo – Klentheng Sumberejo, meski berjibaku melawan kemacetan. Menurutnya tidak masalah, demi ikut meramaikan tradisi Syawalan
- See more at: http://radior2b.com/2015/07/25/total-dana-sedekah-laut-tasikagung-ini-bocorannya/#sthash.9BO2vdX1.dpuf
Sunarto menimpali setelah pawai keliling kota, rombongan pembawa sesajian kembali lagi menuju Pelabuhan Tasikagung. Mereka selanjutnya membawa sesajian ke tengah laut, menjadi wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, telah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Selain berharap hasil kedepan lebih banyak, warga juga berdo’a selama melaut tidak ada kejadian buruk, yang akan merenggut nyawa.
Sementara itu, pawai sedekah laut memperoleh sambutan luar biasa masyarakat. Kemacetan ruas jalan tidak hanya terjadi di jalur Pantura, tetapi juga di sepanjang jalan lingkar antara Pertigaan Soklin Tireman sampai Pasar Penthungan. Kami sempat mencoba menggunakan mobil pribadi dari pasar Penthungan hingga Perempatan Embongan Mondoteko, menelan waktu 1,5 jam, menunjukkan betapa lamanya antrean kendaraan. Padahal saat normal, hanya butuh waktu sekira 10 menit.
Rondiyono, warga desa Warugunung Kec. Bulu, salah satu pengunjung tradisi Syawalan mengaku sempat kesulitan ketika akan menuju obyek wisata Dampo Awang Beach Taman Kartini Rembang. Begitu masuk Perempatan Galonan dan Embongan Mondoteko, oleh aparat kepolisian dilarang langsung melaju ke utara.
Ia terpaksa bolak balik mencari akses lain. Akhirnya bisa lewat desa Pulo – Klentheng Sumberejo, meski berjibaku melawan kemacetan. Menurutnya tidak masalah, demi ikut meramaikan tradisi Syawalan
- See more at: http://radior2b.com/2015/07/25/total-dana-sedekah-laut-tasikagung-ini-bocorannya/#sthash.9BO2vdX1.dpuf
Total Dana Sedekah Laut Tasikagung, Ini Bocorannya
Rembang
– Rangkaian kegiatan sedekah laut di desa Tasikagung, Rembang
diprediksi menghabiskan dana antara Rp 1 – 1,5 miliar. Uang sebesar itu
digunakan untuk menggelar berbagai macam kegiatan, seperti pentas
dangdut, pengajian, arak arakan larung sesaji hari Sabtu (25 Juli 2015)
hingga nanti baru selesai tanggal 30 Juli mendatang.
Sekretaris Desa Tasikagung, Sunarto menjelaskan iuran dana terbanyak
berasal dari juru mudhi maupun ABK kapal nelayan, bos bos pemilik kapal
dan sokongan masyarakat dusun Pabean, Kramatan dan Rembangan. Menurutnya
tidak terlalu sulit menggalang dana, karena sedekah laut dianggap
sebagai agenda rutin tahunan yang harus disukseskan bersama sama.
Sunarto menimpali setelah pawai keliling kota, rombongan pembawa sesajian kembali lagi menuju Pelabuhan Tasikagung. Mereka selanjutnya membawa sesajian ke tengah laut, menjadi wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, telah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Selain berharap hasil kedepan lebih banyak, warga juga berdo’a selama melaut tidak ada kejadian buruk, yang akan merenggut nyawa.
Sementara itu, pawai sedekah laut memperoleh sambutan luar biasa masyarakat. Kemacetan ruas jalan tidak hanya terjadi di jalur Pantura, tetapi juga di sepanjang jalan lingkar antara Pertigaan Soklin Tireman sampai Pasar Penthungan. Kami sempat mencoba menggunakan mobil pribadi dari pasar Penthungan hingga Perempatan Embongan Mondoteko, menelan waktu 1,5 jam, menunjukkan betapa lamanya antrean kendaraan. Padahal saat normal, hanya butuh waktu sekira 10 menit.
Rondiyono, warga desa Warugunung Kec. Bulu, salah satu pengunjung tradisi Syawalan mengaku sempat kesulitan ketika akan menuju obyek wisata Dampo Awang Beach Taman Kartini Rembang. Begitu masuk Perempatan Galonan dan Embongan Mondoteko, oleh aparat kepolisian dilarang langsung melaju ke utara.
Ia terpaksa bolak balik mencari akses lain. Akhirnya bisa lewat desa Pulo – Klentheng Sumberejo, meski berjibaku melawan kemacetan. Menurutnya tidak masalah, demi ikut meramaikan tradisi Syawalan.
- See more at: http://radior2b.com/2015/07/25/total-dana-sedekah-laut-tasikagung-ini-bocorannya/#sthash.9BO2vdX1.dpufSunarto menimpali setelah pawai keliling kota, rombongan pembawa sesajian kembali lagi menuju Pelabuhan Tasikagung. Mereka selanjutnya membawa sesajian ke tengah laut, menjadi wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, telah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Selain berharap hasil kedepan lebih banyak, warga juga berdo’a selama melaut tidak ada kejadian buruk, yang akan merenggut nyawa.
Sementara itu, pawai sedekah laut memperoleh sambutan luar biasa masyarakat. Kemacetan ruas jalan tidak hanya terjadi di jalur Pantura, tetapi juga di sepanjang jalan lingkar antara Pertigaan Soklin Tireman sampai Pasar Penthungan. Kami sempat mencoba menggunakan mobil pribadi dari pasar Penthungan hingga Perempatan Embongan Mondoteko, menelan waktu 1,5 jam, menunjukkan betapa lamanya antrean kendaraan. Padahal saat normal, hanya butuh waktu sekira 10 menit.
Rondiyono, warga desa Warugunung Kec. Bulu, salah satu pengunjung tradisi Syawalan mengaku sempat kesulitan ketika akan menuju obyek wisata Dampo Awang Beach Taman Kartini Rembang. Begitu masuk Perempatan Galonan dan Embongan Mondoteko, oleh aparat kepolisian dilarang langsung melaju ke utara.
Ia terpaksa bolak balik mencari akses lain. Akhirnya bisa lewat desa Pulo – Klentheng Sumberejo, meski berjibaku melawan kemacetan. Menurutnya tidak masalah, demi ikut meramaikan tradisi Syawalan.
Total Dana Sedekah Laut Tasikagung, Ini Bocorannya
Rembang
– Rangkaian kegiatan sedekah laut di desa Tasikagung, Rembang
diprediksi menghabiskan dana antara Rp 1 – 1,5 miliar. Uang sebesar itu
digunakan untuk menggelar berbagai macam kegiatan, seperti pentas
dangdut, pengajian, arak arakan larung sesaji hari Sabtu (25 Juli 2015)
hingga nanti baru selesai tanggal 30 Juli mendatang.
Sekretaris Desa Tasikagung, Sunarto menjelaskan iuran dana terbanyak
berasal dari juru mudhi maupun ABK kapal nelayan, bos bos pemilik kapal
dan sokongan masyarakat dusun Pabean, Kramatan dan Rembangan. Menurutnya
tidak terlalu sulit menggalang dana, karena sedekah laut dianggap
sebagai agenda rutin tahunan yang harus disukseskan bersama sama.
Sunarto menimpali setelah pawai keliling kota, rombongan pembawa sesajian kembali lagi menuju Pelabuhan Tasikagung. Mereka selanjutnya membawa sesajian ke tengah laut, menjadi wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, telah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Selain berharap hasil kedepan lebih banyak, warga juga berdo’a selama melaut tidak ada kejadian buruk, yang akan merenggut nyawa.
Sementara itu, pawai sedekah laut memperoleh sambutan luar biasa masyarakat. Kemacetan ruas jalan tidak hanya terjadi di jalur Pantura, tetapi juga di sepanjang jalan lingkar antara Pertigaan Soklin Tireman sampai Pasar Penthungan. Kami sempat mencoba menggunakan mobil pribadi dari pasar Penthungan hingga Perempatan Embongan Mondoteko, menelan waktu 1,5 jam, menunjukkan betapa lamanya antrean kendaraan. Padahal saat normal, hanya butuh waktu sekira 10 menit.
Rondiyono, warga desa Warugunung Kec. Bulu, salah satu pengunjung tradisi Syawalan mengaku sempat kesulitan ketika akan menuju obyek wisata Dampo Awang Beach Taman Kartini Rembang. Begitu masuk Perempatan Galonan dan Embongan Mondoteko, oleh aparat kepolisian dilarang langsung melaju ke utara.
Ia terpaksa bolak balik mencari akses lain. Akhirnya bisa lewat desa Pulo – Klentheng Sumberejo, meski berjibaku melawan kemacetan. Menurutnya tidak masalah, demi ikut meramaikan tradisi Syawalan.
- See more at: http://radior2b.com/2015/07/25/total-dana-sedekah-laut-tasikagung-ini-bocorannya/#sthash.9BO2vdX1.dpufSunarto menimpali setelah pawai keliling kota, rombongan pembawa sesajian kembali lagi menuju Pelabuhan Tasikagung. Mereka selanjutnya membawa sesajian ke tengah laut, menjadi wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, telah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Selain berharap hasil kedepan lebih banyak, warga juga berdo’a selama melaut tidak ada kejadian buruk, yang akan merenggut nyawa.
Sementara itu, pawai sedekah laut memperoleh sambutan luar biasa masyarakat. Kemacetan ruas jalan tidak hanya terjadi di jalur Pantura, tetapi juga di sepanjang jalan lingkar antara Pertigaan Soklin Tireman sampai Pasar Penthungan. Kami sempat mencoba menggunakan mobil pribadi dari pasar Penthungan hingga Perempatan Embongan Mondoteko, menelan waktu 1,5 jam, menunjukkan betapa lamanya antrean kendaraan. Padahal saat normal, hanya butuh waktu sekira 10 menit.
Rondiyono, warga desa Warugunung Kec. Bulu, salah satu pengunjung tradisi Syawalan mengaku sempat kesulitan ketika akan menuju obyek wisata Dampo Awang Beach Taman Kartini Rembang. Begitu masuk Perempatan Galonan dan Embongan Mondoteko, oleh aparat kepolisian dilarang langsung melaju ke utara.
Ia terpaksa bolak balik mencari akses lain. Akhirnya bisa lewat desa Pulo – Klentheng Sumberejo, meski berjibaku melawan kemacetan. Menurutnya tidak masalah, demi ikut meramaikan tradisi Syawalan.
KESULITAN MENEMUKAN JODOH ANDA ? SILAKAN UNTUK KESINI
Ratusan masyarakat desa secara rapi dan teratur mengikuti kirab menuju sebuah sendang. Sendang ini terletak diujung sebuah desa Purworejo. Purworejo adalah salah satu desa di kecamatan Bae, berbatasan
dengan
desa Bae (di sebelah utara), Gondangmanis (di sebelah timur), Peganjaran
(di sebelah barat) dan Panjang (di sebelah selatan). Di desa ini
terdapat obyek wisata Sendang Jodo, di mana terdapat mitos bahwa
pasangan muda-mudi yang mengunjungi tempat ini akan mendapatkan jodoh
dan dilanggengkan hubungannya. desa ini ada tiga dukuh yaitu Jambean,
Plumbungan dan bonggoro.
Kirab yang dilaksanakan ini merupakan rangkaian acara dalam tradisi kenduri kupatan di Sendang Jodo. Menurut Kepala Desa Purworejo Nur Khamid, tradisi ini sudah dilaksanakan turun temurun dari nenek moyang masyarakat setempat dan dilaksanakan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri.
Warga desa melakukan kirab kenduri, dengan start dari masjid
dukuh jambean .Warga yang membawa kupat dan lepet yang di taruh di tenong, berkumpul di masjid lalu berjalan menuju sendang jodoh, setelah itu acara adat kenduri di mulai dengan do’a yang di pimpin oleh
tokoh Agama setempat. Untuk siang harinya ada gebyar musik untuk
menghibur masyarakat dengan biaya masuk 5 Ribu.
Kades Purworejo berharap tradisi turun menurun ini harus tetap di
jaga dan terus di laksanakan setiap tahunnya ,mengingat tradisi syawalan
di sendang Jodo merupakan aset desa yang perlu kita jaga sampe anak
cucu kita supaya mereka mengetahui sejarah sendang jodo ini.
Total Dana Sedekah Laut Tasikagung, Ini Bocorannya
Rembang
– Rangkaian kegiatan sedekah laut di desa Tasikagung, Rembang
diprediksi menghabiskan dana antara Rp 1 – 1,5 miliar. Uang sebesar itu
digunakan untuk menggelar berbagai macam kegiatan, seperti pentas
dangdut, pengajian, arak arakan larung sesaji hari Sabtu (25 Juli 2015)
hingga nanti baru selesai tanggal 30 Juli mendatang.
Sekretaris Desa Tasikagung, Sunarto menjelaskan iuran dana terbanyak
berasal dari juru mudhi maupun ABK kapal nelayan, bos bos pemilik kapal
dan sokongan masyarakat dusun Pabean, Kramatan dan Rembangan. Menurutnya
tidak terlalu sulit menggalang dana, karena sedekah laut dianggap
sebagai agenda rutin tahunan yang harus disukseskan bersama sama.
Sunarto menimpali setelah pawai keliling kota, rombongan pembawa sesajian kembali lagi menuju Pelabuhan Tasikagung. Mereka selanjutnya membawa sesajian ke tengah laut, menjadi wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, telah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Selain berharap hasil kedepan lebih banyak, warga juga berdo’a selama melaut tidak ada kejadian buruk, yang akan merenggut nyawa.
Sementara itu, pawai sedekah laut memperoleh sambutan luar biasa masyarakat. Kemacetan ruas jalan tidak hanya terjadi di jalur Pantura, tetapi juga di sepanjang jalan lingkar antara Pertigaan Soklin Tireman sampai Pasar Penthungan. Kami sempat mencoba menggunakan mobil pribadi dari pasar Penthungan hingga Perempatan Embongan Mondoteko, menelan waktu 1,5 jam, menunjukkan betapa lamanya antrean kendaraan. Padahal saat normal, hanya butuh waktu sekira 10 menit.
Rondiyono, warga desa Warugunung Kec. Bulu, salah satu pengunjung tradisi Syawalan mengaku sempat kesulitan ketika akan menuju obyek wisata Dampo Awang Beach Taman Kartini Rembang. Begitu masuk Perempatan Galonan dan Embongan Mondoteko, oleh aparat kepolisian dilarang langsung melaju ke utara.
Ia terpaksa bolak balik mencari akses lain. Akhirnya bisa lewat desa Pulo – Klentheng Sumberejo, meski berjibaku melawan kemacetan. Menurutnya tidak masalah, demi ikut meramaikan tradisi Syawalan.
- See more at: http://radior2b.com/2015/07/25/total-dana-sedekah-laut-tasikagung-ini-bocorannya/#sthash.9BO2vdX1.dpufSunarto menimpali setelah pawai keliling kota, rombongan pembawa sesajian kembali lagi menuju Pelabuhan Tasikagung. Mereka selanjutnya membawa sesajian ke tengah laut, menjadi wujud rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, telah mendapatkan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Selain berharap hasil kedepan lebih banyak, warga juga berdo’a selama melaut tidak ada kejadian buruk, yang akan merenggut nyawa.
Sementara itu, pawai sedekah laut memperoleh sambutan luar biasa masyarakat. Kemacetan ruas jalan tidak hanya terjadi di jalur Pantura, tetapi juga di sepanjang jalan lingkar antara Pertigaan Soklin Tireman sampai Pasar Penthungan. Kami sempat mencoba menggunakan mobil pribadi dari pasar Penthungan hingga Perempatan Embongan Mondoteko, menelan waktu 1,5 jam, menunjukkan betapa lamanya antrean kendaraan. Padahal saat normal, hanya butuh waktu sekira 10 menit.
Rondiyono, warga desa Warugunung Kec. Bulu, salah satu pengunjung tradisi Syawalan mengaku sempat kesulitan ketika akan menuju obyek wisata Dampo Awang Beach Taman Kartini Rembang. Begitu masuk Perempatan Galonan dan Embongan Mondoteko, oleh aparat kepolisian dilarang langsung melaju ke utara.
Ia terpaksa bolak balik mencari akses lain. Akhirnya bisa lewat desa Pulo – Klentheng Sumberejo, meski berjibaku melawan kemacetan. Menurutnya tidak masalah, demi ikut meramaikan tradisi Syawalan.
Langganan:
Postingan (Atom)