
Jika kami saja yang
berasal dari agama, keyakinan, suku dan ras yang berbeda, bisa duduk bersama dengan
penuh kehangatan dan keakraban, lalu kenapa diluar sana banyak yang meributkan hal
yang terkait dengan perbedaan?
Tak hanya itu, bahkan sesama agama ataupun kelompok
tertentu saja saling membuat jurang pemisah dan berujung dengan tindakan anarkis, yang akhirnya
justru merugikan banyak orang bahkan diri sendiri. Lalu, apa artinya "Bhinneka
Tunggal Ika?"
Masih ingatkah dengan kasus-kasus
beberapa tahun yang lalu atau pun beberapa bulan yang lalu di Indonesia terkait
dengan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok agama tertentu kepada kelompok
agama yang lainnya. Seperti pembakaran rumah warga eks Gafatar, pembongkaran paksa
gereja di berbagai daerah, seperti yang terjadi di Aceh Singkil misalnya, yang
menyebabkan mereka harus mengungsi dari rumah mereka sendiri karena terancam keamanannya.
Bukan hanya itu saja, bahkan para wanita ikut berada di barisan paling depan untuk
mempertahankan tempat ibadah mereka untuk melawan kelompok agama mayoritas di
daerah tersebut yang hendak menyerang tempat peribadatan mereka. Atau kasus lainnya dengan penolakan pemakaman untuk
keluarga Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan alasan mereka
adalah aliran sesat.
Masih banyak lagi kasus tentang ketidakadilan
yang dialami oleh para korban pelanggaran kebebasan beragama danberkeyakinan di
berbagaidaerah di Indonesia. Parahnya lagi, banyak dari mereka yang tidak bisa berbuat
apa-apa karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan juga jaringan. Lalu,
siapa yang harus dipersalahkan dalam hal ini? Apakah pemerintah sepenuhnya ataukah
justru media yang harus bertanggungjawab untuk segala pemberitaannya?
Ya, Media memang memiliki peranan
yang sangat penting sebagai penyampai informasi ke masyarakat luas. Baik media
cetak maupun media elektronik. Tapi apakah segala pemberitaan yang ada di media
massa selama ini selalu benar? Tidaksemua ! Terlalu banyak kepentingan didalamnya
yang menjadikan media itu sendiri terkadang cacat atau timpang dalam memberikan
informasi.
Dilatar belakangi hal tersebut
diatas, team SEJUK (Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman) dan SOBAT KBB
(Solidaritas korban pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan) mengadakan
workshop tentang advokasi media untuk korban pelanggaran kebebasan dan berkeyakinan
di hotel Amaris Bogor selama 2 hari, Jumat dan Sabtu (21-22/10).

Tujuan diadakannya workshop ini adalah
untuk memberikan pelatihan kepada para korban pelanggaran kebebasan beragama dan
berkeyakinan yang awalnya hanya menjadi objek, kini harus bisa menjadi subjek dalam
menyampaikan berita dan informasi melalui media massa, Jelas Ahmad Junaedi,
Direktur SEJUK, dalam sambutannya saat membuka workshop tersebut.
Selain memberikan pemahaman dan pelatihan
bagaimana cara mengadvokasi media, peserta juga dilatih untuk dapat membuat dokumentasi
atas segala peristiwa atau kejadian yang dialami sehari-hari, sehingga kedepannya
tidak ada lagi ketakutan akan penyampaian informasi yang tidak benar oleh beberapa
media nasional di Indonesia atau juga ancaman yang dialami karena tidak memiliki
perlindungan sebagai kelompok minoritas. Tekhnik-tekhnik penulisan dan pendokumentasian
dalam bentuk video serta tekhnik wawancara juga diajarkan oleh Yerry Niko Borang dari team
Engage Media dengan sangat jelas dan menarik. Terlihat dari keakraban yang
terjalin dari setiap peserta saat terjun langsung untuk praktek membuat video documenter
sebagai bentuk pelatihan.
Walau waktu yang diberikan untuk
workshop advokasi media tidaklah panjang, namun ikatan emosional antar peserta dan
pengisi materi sangat jelas terasa. Selain mendapatkan ilmu dan pengalaman,
yang terpenting adalah mendapatkan saudara baru dari berbagai daerah. Mulai dari
Aceh, Makasar, Palembang, Surabaya, Sukabumi, Cirebon, Semarang, Yogyakarta,
Jakarta, dan Bogor tentunya sebagai tuan rumahnya. Jadi, dengan adanya keberagaman
dan perbedaan seperti ini, apakah kalian yakin akan bisa membuat perpecahan diantara
perbedaan??? Kalau Bhinneka Tunggal Ika saja begitu indah dan penuh makna,
kenapa harus dirusak dengan penindasan dan ketidakadilan?
Editor : Dwi Kurnia Rahma
Editor : Dwi Kurnia Rahma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar