Bertempat di
Muria Training Center (MTC) Salatiga, Persaudaraan Lintas Agama (Pelita)
Semarang menggelar sebuah kegiatan dengan nama Pondok Damai 2018.
Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari, dibuka Jumat malam (6/4) dan ditutup
Minggu siang (8/4).
Merajut
Harmoni, Memupus Prasangka, menjadi tema kegiatan ini karena diikuti perwakilan generasi muda dari
berbagai agama dan kepercayaan di wilayah Semarang dan sekitarnya. Bahkan ada
peserta datang langsung dari Singaraja (Bali) dan Jayapura (Papua).
Pondok Damai
merupakan kegiatan yang mengumpulkan para pemuda lintas agama dan kepercayaan
untuk membangun dan menanamkan benih-benih perdamaian didalam keragamaan,
berbagi pengalaman perjumpaan dengan orang yang berbeda agama dan keyakinan,
serta saling memahami perbedaan masing-masing.
Pondok Damai
ini diikuti 22 peserta. Diantaranya mereka dari Islam NU,
Islam Ahmadiyah, Islam Syiah, Katolik, Kristen Trinitarian, Kristen Unitarian,
Hindu, Budha dan Sapta Darma yang mewakili Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Setyawan
Budi, koordinator Pelita sekaligus ketua penitia menjelaskan bahwa sasaran
utama dari kegiatan ini adalah generasi muda sehingga kesadaran mereka sebagai
agent of peace (agen perdamaian) terbentuk. Mereka lah yang kelak
mempertahankan pondasi perdamaian yang sudah diletakkan oleh para pendiri
bangsa Indonesia.
Kegiatan ini terdiri atas beberapa sesi. Untuk sesi dialog, disini dimunculkan bukan tentang teori bagaimana manusia beragama melainkan dialog yang lebih membahas tentang perjalanan spiritual anggota komunitas masing- masing. Dialog seperti ini jarang dilakukan oleh lembaga kerukunan umat beragama yang formal, karena lebih membuka ruang kepada peserta untuk menyampaikan hal yang private. Sehingga afeksi antar peserta lintas agama dan kepercayaan terbangun. Prasangka-prasangka buruk yang ada diantara para peserta pun akan terkikis.
Tidak hanya berdialog, pada hari kedua, para peserta diajak berkunjung ke beberapa tempat ibadah yang ada di kota Salatiga. Diantara di Klenteng Hok Tek Bio, Gereja Katolik Santo Paulus Miki, Vihara Damma Phala dan Masjid Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI).
Kunjungan ke
beberapa tempat ibadah tersebut juga dibuka ruang dialog antara peserta Pondok Damai
dengan pihak tempat ibadah. Dari tanya jawab tersebut banyak membuka pemahaman
tentang cara pendang tentang ibadah dan konsep-konsep ketuhanan dari
masing-masing agama yang dikunjungi.
Meskipun
komunitas ini masih dalam lingkup terbatas dan informal. Namun,
aktivitas- aktivitas yang dilakukan oleh peserta Pondok Damai akan sangat
berdampak positif bagi keutuhan Negara Republik Indonesia. Pondok Damai dapat
menciptakan kerukunan umat beragama. Para perintis Pondok Damai tetap konsisten
menyemai benih-benih perdamaian, seiring berjalannya waktu apa yang telah
mereka rintis telah membuahkan hasil.
Para alumni
Pondok Damai pun hingga sekarang masih berkontribusi dalam tiap kegiatan damai
lintas agama. Dari berbagai testimoni yang dikumpulkan, gerakan kultural
seperti ini memiliki ikatan yang lebih kuat dibanding dengan organisasi formal.
Karena para peserta disini membuktikan bahwa kerukunaan beragama itu
dipromosikan dan dihidupkan oleh kita sendiri, selaku masyarakat yang
ber-Bhineka Tunggal Ika, pungkas Wawan, panggilan akrab koordinator Pelita.
Pondok Damai
adalah kegiatan rutin yang diadakan setiap tahun sejak tahun 2007. Kali
ini merupakan kegiatan yang ke 11 dan diselenggarakan oleh Pelita
Semarang.
Pelita merupakan jaringan yang menghubungkan berbagai organisasi, lembaga, maupun komunitas yang bergerak dalam isu sosial keagamaan di Semarang dan sekitarnya. Pelita terbentuk atas inisiasi kolektif yang bertujuan untuk menjaga keragaman dan kerukunan antar agama dan keyakinan, khususnya di Kota Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar