Ketiga tokoh tersebut diantaranya KH. Abdul Qodir (Pengasuh Ponpes Roudhotus Sholihin Demak), Dammateja Wahyudi (Ketua Budha Teravadha Semarang) dan Setyawan Budy (Koordinator Pelita Semarang).
Rombongan berangkat dari Semarang hari itu juga, Kamis pukul 14.00 yang didampingi oleh Bambang Permadi, anggota Pelita dari unsur penghayat kepercayaan yang juga merupakan putera/anggota dari Perguruan Trijaya.

Selanjutnya rombongan tokoh agama ini diterima oleh Pembina Perguruan Trijaya Romo Guru KRA Panji Suryaningrat II dalam sebuah ramah tamah kecil di Ruang Anggrek, Suryaningratan.

Kedatangan para tokoh agama ini bersamaan dengan ritual rutin Perguruan Trijaya yang dilaksanakan setiap malam Jumat Legi, yaitu Supit. Supit adalah singkatan dari Sujudan Kecepit. Suatu ritus doa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dilaksanakan diantara 2 (dua) malam sujudan wajib yaitu malam Kamis Kliwon dan Sabtu Pahing, tepatnya dimalam Jumat Legi tersebut.

"Kehadiran beliau bertiga melengkapi sujudan kita sebagai unsur diluar anggota Perguruan Trijaya pada permohonan kita dimalam Supit ini", lanjut Romo Guru.
Setyawan Budy selaku koordinator Pelita menyampaikan bahwa ini merupakan kunjungan luar kota pertama kali oleh Pelita (Persaudaraan Lintas Agama) sejak pandemi Covid-19 diberlakukan.

Setelah mengikuti sarasehan kecil dengan beberapa pengurus Perguruan Trijaya, tepat pukul 02.00 ketiga tokoh ini mengikuti sujudan/doa bersama di sebuah lokasi berdoa yang dinamakan dengan Sanggar Pamujan yang berjarak sekitar 300 meter menuju keatas dari Sasana Pamiwahan Putera.
Sujudan yang dilaksanakan sekitar 30 menit dengan suasana sepi dan dingin membuat perut terasa lapar. Usai sujudan rombongan turun dari Sanggar Pakujan menuju sebuah kantin yang bernama Pondok Kopi Sasaling, masih di area Padepokan Wulan Tumanggal untuk menikmati Mie rebus dan kopi panas. Obrolan pun berlangsung hingga terbitnya matahari.

Mereka mengunjungi beberapa sasana/tempat seperti Sasana Nunggalati (tempat sujudan/beribadah), Baita Dutaning Bangsa (replika perahu), Tugu Jiwa Nusantara, Tugu Batu (Bangsaku Bersatu), dan Sanggar Pamujan (tempat sujudan tertinggi).

"Kami merasa gembira bisa menikmati suasana padepokan yang asri, sejuk dan damai ini, yang secara geografis sengat strategis berada ditempat dingin yaitu di kaki Gunung Slamet." jelas Dammateja Wahyudi, atau biasa dipanggil dengan Romo Wahyudi.
Sumber : www.perguruantrijaya.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar